Rabu, 28 Desember 2011


  Secara etimologi pengertian blended learning terdiri dari istilah yang berasal dari bahasa inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik, sedangkan learning merupakan pembelajaran.
Menurut Harding, Kaczynski dan Wood, 2005, Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa. Pelaksanaan pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama yang berbasis web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka. Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh.
Sehingga dapat dikatakan bahwa blended learning ini adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelajaran konvensional, yang mana dalam kegiatan konvensional ini terjadi tatap muka antara pemelajar dan pebelajar yang cenderung pada pendekatan teacher centered (berpusat kepada pemelajar), yang dalam proses pembelajarannya antara pebelajar dan pemelajar saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan- bahan pegajaran dan pebelajar lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak dan teoritis, yang digabungkan dengan kegiatan belajar yang menggunakan komputer atau multiedia lainnya, berdasarkan petunjuk dari pemelajar dimana materi berbentuk digital digunakan untuk membantu proses belajar mengajar konvensional tersebut
Jadi blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi.
Secara teknis pengembangan pembelajaran model blended dalam perkuliahan, merupakan kombinasi model pembelajaran yang menggunakan beberapa model perkuliahan yang dilakukan dalam konteks on-line dan off-line:
  1. Model pembelajaran tatap muka on-line dan off-line Proses pembelajaran tatap muka disebut juga dengan masa pengenalan, dimana berlangsung proses pembelajaran tatap muka off-line (bertemu dalam kelas nyata). Kegiatan dikelas nyata adalah dosen menyampaikan suatu penjelasan secara teknis penggunaan system pembelajarn berbasis web dan mahasiswa mendengarkan, menyimak dan mempraktekkan petunjuk. Namun dalam pembelajaran blended masa tatap muka secara nyata hanya dilaksanakan di awal-awal perkuliahan. Pada definisi yang telah dipaparkan oleh Srisakdi disebutkan dalam hitungan prosentase adalah 30 % dari keseluruhan masa satu semester. Pada pengembangan pembelajaran blended dipakai hitungan dalam 1 semester ada 5 bulan efektif , maka masa tatap muka dilaksanakan dalam 2 hingga 3 minggu. Sisa 4 bulan 1 minggu  mahasiswa akan belajar mandiri dengan pembelajaran berbasis web dan ujian semester. Dalam masa belajar mandiri (4 bulan 1 minggu), mahasiswa akan berkumpul dan bertemu beberapa kali dengan dosen di web atau bertemu langsung sesuai jadwal yang telah ditentukan. Proses tatap muka ditujukan untuk memfasilitasi setiap permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama proses belajarnya.
  2. Model pembelajaran menggunakan modul elektronik Pengembangan blended juga mengarah pada bahan ajar yang digunakan. Bahan ajar yang digunakan salahsatunya berupa modul dalam kemasan elektronik. Dalam pembelajaran berbasis web modul elektronik ini dikenal dengan istilah bahan ajar mandiri atau bahan ajar yang dikemas untuk mahasiswa belajar mandiri.  Di dalam bahan ajar mandiri selain materi juga disediakan latihan-latihan yang harus dikerjakan mahasiswa untuk mengukur perkembangan belajarnya. Dalam pembelajaran blended, selain bahan ajar modul elektronik, dalam proses belajarnya mahasiswa juga memanfaatkan bahan ajar berbasis web.
  3. Model pembelajaran menggunakan teks, audio, video dan multimedia Pengembangan bahan ajar yang lain adalah pemanfaatan media/teknologi merupakan salah satu ciri dalam proses pembelajaran berbasis web, diantaranya pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia. Penggunaan teks, audio, video dan multimedia adalah untuk pengayaan materi untuk berlatih (drill and practice) dan untuk penguatan mahasiswa dalam mempelajari salah satu topik. Dalam pembelajaran blended, pengemasan dilakukan secara digital dan diakses melalui bahan ajar berbasis web. Pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia dilakukan pada masa belajar mandiri. Materi yang dikemas dengan menggunakan teks, audio, video dan multimedia ini dikemas dengan media penyimpan tertentu. Sebagai sarana pembelajaran terpenting dalam pembelajaran on-line pengembangan pembelajaran blended menggunakan web. Penggunaaan teknologi web diperlukan dalam pembelajaran untuk melakukan tatap muka, penyimpanan file, diskusi, pemantauan dll. Dengan model pembelajaran web diharapkan porsi waktu masa belajar mandiri lebih banyak dibandingkan dengan tatap muka baik off-line maupun on-line. Sehingga bila satu semester adalah 5 bulan, maka proses pembelajaran berbasis web ini akan dilakukan kurang lebih selama 4 bulan dan 1 minggu.Dalam pembelajaran berbasis web, mahasiswa tidak hanya mengakses bahan ajar, melainkan beberapa aktifitas yang dilakukan adalah:
·        Melakukan interaksi, baik melalu email, chal ataupun forum diskusi. mahasiswa dapat bertanya maupun mengajukan pendapat tentang suatu hal baik dengan dosen ataupun dengan teman/kelompoknya.
·        Mengerjakan tugas (assignments). Mahasiswa akan diberikan beberapa tugas baik perorangan maupun kelompok.
·        Menjawab soal latihan. Di setiap topik akan disediakan beberapa soal latihan yang harus dijawab mahasiswa.
·        Surfing the web. Untuk literature, images, video, etc.
·        Berkomunikasi dengan ahli bidang ilmu di negara lain.
Seperti yang sudah dibahas pada model pembelajaran tatap muka, dalam masa pembelajaran berbasis web (selama 3 bulan 1 minggu) ini, akan ada pertemuan dengan dosen. Pada pertemuan tersebut mahasiswa dapat menyampaikan beberapa permasalahan selama proses belajar berbasis web, baik itu terkait bahan ajar ataupun permasalahan terkait dengan koneksi internet. Setelah mahasiswa menyelesaikan masa belajar mandiri pada minggu terakhir dan di akhiri dengan ujian semester. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran blended, proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan 4 model kombinasi: tatap muka, media elektronik, teks, audio, video dan multimedia dan berbasis web. Porsi belajar mandiri dengan pembelajaran berbasis web lebih besar dibandingkan proses tatap muka
Tujuan dari pembelajaran blended lerning adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara interaktif sedangkan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal.
Selain itu juga tujuan lain dari blended learning ini adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi kegiatan belajar yang mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.
Dengan blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari blended learning ini. Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis blended learning bagi lembaga pendidikan atau pelatihan yakni dapat  memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan,  kemudahan implementasi, efisiensi biaya, hasil yang optimal, menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar, dan  meningkatkan daya tarik pembelajaran
.
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/konsep-blended-learning

Rabu, 21 Desember 2011

1. Individu
Individu berasal dari kata in-dividere yang berarti tidak dapat dibagi-bagi (Gerungan, 1981) atau sebagai sebutan bagi manusia yang berdiri sendiri, atau manusia perseorangan (Lysen, 1981). Individu yang dimaksud adalah insan (manusia), manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Jika dalam kehidupan sehari-hari individu menunjuk pada pribadi orang, sedangkan dalam sosiologi individu menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, yang mempunyai pikiran, yang mempunyai kehendak, kebebasan, memberi arti (meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri.
Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Salah satu lingkungan yang sehat adalah lingkungan pendidikan, melalui pendidikan individu dapat terbina dan terlatih potensinya. Setiap individu memiliki potensi dan karakteristik masing-masing yang khas. Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian.
Nursid Sumaatmadja (1998) menyatakan bahwa “Kepribadian merupakan keseluruhan prilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental-psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan”.

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan sesama manusialain di dalam mejalani kehidupan. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai “gregariousness”. Naluri manusia untuk selalu brhubungan dengan sesamanya ini dilandasi oleh alasan-alasan sebagai berikut:
  1. Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (masyarakat).
  2. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.

2. Kelompok Sosial
Lahirnya kelompok sosial disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk berhubungan, tapi tidak semua hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Mac Iver (1961 : 213) Kelompok sosial adalah : “Kelompok sosial terbentuk melalui proses interaksi dan sosialisasi, dimana manusia berhimpun dan bersatu dalam kehidupan bersama berdasarkan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dan memiliki kebersamaan untuk tolong menolong”. Proses yang berlangsung dalam kelompok sosial adalah “proses sosialisasi”.
Dalam pengklasifikasian kelompok social, Mac Iver dan Page (1957 : 213) menggolongkan kelompok sosial dalam beberapa kriteria , yaitu :
        Derajat interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
        Besar kecil anggota kelompok tersebut.
        Sistem ide (ideologi) yang ada di dalam kelompok tersebut.
        Kepentingan atau tujuan kelompok tersebut.
        Wilayah geografis.
Simmel dalam Systematic Society mendasarkan pengelompokannya pada :
        Besar kecilnya jumlah anggota kelompok.
        Cara individu dipengaruhi kelompoknya atau individu mempengaruhi kelompok.
        Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.

Selain itu juga terdapat pembagian kelompok sosial dari sudut pandang individu, yang dapat dilihat dari :
        Keterlibatan individu dalam kelompok tersebut.
        Keanggotaan individu tidak selalu bersifat sukarela, tapi bisa bersifat wajib.
        Kelompok Sosial juga bisa didasari oleh kekerabatan, usia, sex (gender), pekerjaan dan status sosial.

In Group dan Out Group.
Menurut Polak (1966 : 166) Konsep In Group dan Out Group adalah “Cerminan dari adanya kencenderungan sifat “entnocentris” dari individu-individu dalam proses sosialisasi sehubungan dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok sosial tersebut. Sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran-ukuran sendiri”. Sikap mempercayai sesuatu ini yang disebut dengan “beliefs” yang diajarkan kepada anggota kelompok melalui proses sosialisasi, baik secara sadar atau tidak sadar.
Menurut Soerjono Soekanto (1984 : 120), sikap In Group biasanya didasari oleh perasaan simpati. Dalam In Group sering kali digunakan Stereotypen, yaitu gambaran-gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek diluar kelompoknya. Out Group  didasari oleh suatu kelainan dengan wujud antipati.

Primary Group dan Secondary Group.
  1. Primary Group
Selo Soemarjan & Soemardi (1964 : 604) dalam buku “Setangkai Bunga Sosiologi” menyatakan “Primary group merupakan kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya”.
Davis (1960 : 290) mengemukakan ciri-ciri khusus dari primary group berdasarkan : Kondisi Fisik, sifat hubungan primer, kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer.
  1. Secondary Group.
Rouceck & Warren (1962 : 46) dalam “Sociology an Introduction” , membatasi pengertian secondary group sebagai kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang dan diantara individu itu tidak perlu saling mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak langgeng.
 Perbedaan antara Primary Group & Secondary Group terdapat pada :
        Hubungan-hubungan atau interaksi sosial yang membentuk struktur kelompok sosial yang bersangkutan.
        Jika terdapat perselisihan diantara anggota kelompok primary group cenderung diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi pada secondary group maka norma hukum merupakan unsur pemaksa untuk menyelesaikan suatu perselisihan diantara anggota kelompok tersebut.

Gemeinschaft dan Gesselschaft
Menurut  Tonnies & Loomis (1960 : 82), Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan, bentuk utamanya dapat dijumpai dalam keluarga, kekerabatan, dan lain-lain. Dan Gesselschaft adalah berupa ikatan pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis. Gesselschaft berbentuk hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik, seperti ikatan perdagangan.
Ada ciri Gemeinschaft menurut Tonnies, yaitu intimate, private, dan exclusive. Selain itu juga terdapat tipe Gemeinschaft menurut Tonnies diantaranya, Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft of place, dan Gemeinschaft of mind.

Formal Group & Informal Group
Formal Group merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan diantara anggotanya. Pengertian dari formal group adalah suatu kelompok yang memiliki peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh angota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara angota-anggotanya.
Informal grup adalah suatu kelompok yang terjadi karena kesamaan yang sifatnya tidak mengikat anggotanya serta tidak memiliki struktur dan organisasi yang pasti. Informal Group terbentuk biasanya oleh intensitas pertemuan yang sering antara orang-orang yang mempertahankan kepentingan dan pengalaman bersama.

Kelompok-Kelompok Sosial yang Tidak Teratur.
Kelompok sosial yang tidak teratur dapat digolongkan ke dalam 2 golongan besar  yaitu kerumunan dan publik.
Kerumunan adalah suatu kelompok manusia yang bersifat sementara, tidak terorganisir dan tidak mempunyai seorang pimpinan serta tidak mempunyai sistem pembagian kerja. Kerumunan memiliki ciri-ciri, diantaranya : Interaksinya bersifat spontan dan orang-orang yang berkumpul mempunyai kedudukan yang sama.
Ada beberapa macam kerumunan, diantaranya : Kerumunan formal, kerumunan ekspresif, kerumunan sementara, kerumunan orang panik (panic crowds), kerumunan penonton (spectator crowds), dan kerumunan yang berlawanan dengan hukum (lawless crowds) ynag tetrdiri dari :
a)      Acting mobs, kumpulan orang yang bertindak emosional dalam demonstrasi atau unjuk rasa.
b)      Immoral mobs, kumpulan orang yang mabuk-mabukan.

Publik adalah merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi yang terjadi berlangsung melalui alat-alat komunikasi pendukung, seperti pembicaraan berantai secara individual, media massa maupun kelompok. Setiap aksi publik dilandasi oleh keinginan individu.
Setiap aksi publik dipengaruhi oleh keinginan individu, jadi tingkah laku pribadi dari publik pun didasari oleh tingkah laku individu atau prilaku individu.

Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community).
  1.   Masayarakat Pedesaan (Rural community)
Dalam masyarakat pedesaan hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat terjalin dengan erat, mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok. Pekerjaan inti masyarakat pedesaan terkonsentrasi pada satu sektor yaitu pertanian.
Ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut Soekanto (1982:149), dalam masyarakat pedesaan biasanya hubungan yang terjalin erat diantara masyarakatnya dan biasanya kehidupannya masih sederhana dan memilii pekerjaan yang sama.

b.  Masyarakat Perkotaan  (Urban community)
Masyarakat perkotaan pekerjaannya beraneka macam dan tidak terkonsentrasi kepada satu aspek pekerjaan. Pada masyarakat perkotaan sifat-sifat dan ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, antara lain perbedaan dalam menilai keperluan hidup.
Soerjono Soekanto (1982:149) mengemukakan beberapa ciri lain yang membedakan antara masyarakat Pedesaan dan Perkotaan, yang dapat dilihat berdasarkan, kehidupan keagamaan, kemandirian, pembagian kerja, peluang memperoleh pekerjaan, jalan pikiran, jalan pikiran, dan kehidupan social.

3. Masyarakat
Menurut Selo Soemardjan masyarakat adalah “Sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan”. Talcott Parson berpendapat, masyarakat adalah “suatu sistem sosial, dimana semua funsi prasyarat yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara tetap”. Sistem sosial yang dimaksud adalah terdiri dari pluralitas prilaku-prilaku perseorangan yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan fisik. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990 : 146), masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama”. Masyarakat memiliki ciri-ciri pokok diantaranya :
  1. Manusia  yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas 2 orang.
  2. Bercampur atau bergaul bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia-manusia baru sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.
  3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
  4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
  5. Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Dinamika masyarakat adalah “Proses sosial dan perubahan sosial”. Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai comunnity apabila memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
  1. Adanya beberapa rumah atau rumah tangga yang terkonsentrasi disuatu wilayah geografis tertentu.
  2. Warganya mempunyai taraf interaksi sosial yang terintegrasikan.
  3. Adanya rasa kebersamaan, yang tidak perlu didasarkan pada adanya hubungan kekerabatan.
Masyarakat secara garis besar menyangkut 3 aspek, yaitu struktur sosial, proses sosial, dan perubahan sosial. Masyarakat terbentuk karena adanya individu-individu, demikian pula dengan individu dapat mengaktualisasikan & bersosialisasi sebagai mahluk sosial. Ada triga pandangan mengenai masyarakat & individu :
  1. Masyarakat menentukan individu.
  2. Individu yang menentukan masyarakat.
  3. Individu & masyarakat saling menentukan.
Hubungan individu & masyarakat dilihat dari konsep organisme menurut Herbert Spencer (1985 : 70) :
  1. Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.
  2. Pertambahan dalam ukuran ini akan merubah struktur tubuh (social body) maupun tubuh organisme hidup (living body) yang mengalami pertumbuhan juga.
  3. Tiap bagian yang tumbuh dalam tubuh organisme biologis maupun organisme sosial memiliki fungsi & tujuan tertentu.

  1. Baik dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada bagian lain & pada akhirnya di dalam sistem secara keseluruhan.
  2. Bagian-bagian tersebut walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur mikro yang dapat dipelajari secara terpisah.

Menurut paham individualistis, hubungan individu & masyarakat menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu, kepentingan & kebutuhan individu lebih penting dari pada kebutuhan & kepentingan masyarakat. Individu yang menentukan corak masyarakat yang diinginkan. Paham individualistis juga disebut atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti hubungan atom-atom yang membentuk molekul. 
J.J. Rousseau (1712-1778), dalam bukunya yang berjudul “Kontrak Sosial” menjelaskan paham liberalisme & individualisme dalam suatu kalimat yang terkenal :
“Manusia itu dilahirkan merdeka, tetapi dimana-mana dibelenggu”.
Paham yang memandang hubungan antara individu & masyarakat dari segi interaksi disebut juga dengan “totalisme”. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham individualisme mengedepankan kepentingan individu. Totalisme mengabaikan peanan individu dalam masyarakat, sebaliknya paham individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Hubungan individu dalam masyarakat, yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan & usaha manusia sendiri. Manusia berkeluarga, lalu berkelompok.

Template Copy by Blogger Templates | BERITA_wongANteng |MASTER SEO |FREE BLOG TEMPLATES