1. Individu
Individu berasal dari kata in-dividere yang berarti tidak dapat dibagi-bagi (Gerungan, 1981) atau sebagai sebutan bagi manusia yang berdiri sendiri, atau manusia perseorangan (Lysen, 1981). Individu yang dimaksud adalah insan (manusia), manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Jika dalam kehidupan sehari-hari individu menunjuk pada pribadi orang, sedangkan dalam sosiologi individu menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, yang mempunyai pikiran, yang mempunyai kehendak, kebebasan, memberi arti (meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil tindakannya sendiri.
Pertumbuhan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Salah satu lingkungan yang sehat adalah lingkungan pendidikan, melalui pendidikan individu dapat terbina dan terlatih potensinya. Setiap individu memiliki potensi dan karakteristik masing-masing yang khas. Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian.
Nursid Sumaatmadja (1998) menyatakan bahwa “Kepribadian merupakan keseluruhan prilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental-psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan”.
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan sesama manusialain di dalam mejalani kehidupan. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai “gregariousness”. Naluri manusia untuk selalu brhubungan dengan sesamanya ini dilandasi oleh alasan-alasan sebagai berikut:
- Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (masyarakat).
- Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.
2. Kelompok Sosial
Lahirnya kelompok sosial disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk berhubungan, tapi tidak semua hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Mac Iver (1961 : 213) Kelompok sosial adalah : “Kelompok sosial terbentuk melalui proses interaksi dan sosialisasi, dimana manusia berhimpun dan bersatu dalam kehidupan bersama berdasarkan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dan memiliki kebersamaan untuk tolong menolong”. Proses yang berlangsung dalam kelompok sosial adalah “proses sosialisasi”.
Dalam pengklasifikasian kelompok social, Mac Iver dan Page (1957 : 213) menggolongkan kelompok sosial dalam beberapa kriteria , yaitu :
Derajat interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
Besar kecil anggota kelompok tersebut.
Sistem ide (ideologi) yang ada di dalam kelompok tersebut.
Kepentingan atau tujuan kelompok tersebut.
Wilayah geografis.
Simmel dalam Systematic Society mendasarkan pengelompokannya pada :
Besar kecilnya jumlah anggota kelompok.
Cara individu dipengaruhi kelompoknya atau individu mempengaruhi kelompok.
Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
Selain itu juga terdapat pembagian kelompok sosial dari sudut pandang individu, yang dapat dilihat dari :
Keterlibatan individu dalam kelompok tersebut.
Keanggotaan individu tidak selalu bersifat sukarela, tapi bisa bersifat wajib.
Kelompok Sosial juga bisa didasari oleh kekerabatan, usia, sex (gender), pekerjaan dan status sosial.
In Group dan Out Group.
Menurut Polak (1966 : 166) Konsep In Group dan Out Group adalah “Cerminan dari adanya kencenderungan sifat “entnocentris” dari individu-individu dalam proses sosialisasi sehubungan dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok sosial tersebut. Sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran-ukuran sendiri”. Sikap mempercayai sesuatu ini yang disebut dengan “beliefs” yang diajarkan kepada anggota kelompok melalui proses sosialisasi, baik secara sadar atau tidak sadar.
Menurut Soerjono Soekanto (1984 : 120), sikap In Group biasanya didasari oleh perasaan simpati. Dalam In Group sering kali digunakan Stereotypen, yaitu gambaran-gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek diluar kelompoknya. Out Group didasari oleh suatu kelainan dengan wujud antipati.
Primary Group dan Secondary Group.
- Primary Group
Selo Soemarjan & Soemardi (1964 : 604) dalam buku “Setangkai Bunga Sosiologi” menyatakan “Primary group merupakan kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya”.
- Secondary Group.
Rouceck & Warren (1962 : 46) dalam “Sociology an Introduction” , membatasi pengertian secondary group sebagai kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang dan diantara individu itu tidak perlu saling mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak langgeng.
Perbedaan antara Primary Group & Secondary Group terdapat pada :
Hubungan-hubungan atau interaksi sosial yang membentuk struktur kelompok sosial yang bersangkutan.
Jika terdapat perselisihan diantara anggota kelompok primary group cenderung diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi pada secondary group maka norma hukum merupakan unsur pemaksa untuk menyelesaikan suatu perselisihan diantara anggota kelompok tersebut.
Gemeinschaft dan Gesselschaft
Menurut Tonnies & Loomis (1960 : 82), Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan, bentuk utamanya dapat dijumpai dalam keluarga, kekerabatan, dan lain-lain. Dan Gesselschaft adalah berupa ikatan pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis. Gesselschaft berbentuk hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik, seperti ikatan perdagangan.
Formal Group & Informal Group
Formal Group merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan diantara anggotanya. Pengertian dari formal group adalah suatu kelompok yang memiliki peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh angota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara angota-anggotanya.
Informal grup adalah suatu kelompok yang terjadi karena kesamaan yang sifatnya tidak mengikat anggotanya serta tidak memiliki struktur dan organisasi yang pasti. Informal Group terbentuk biasanya oleh intensitas pertemuan yang sering antara orang-orang yang mempertahankan kepentingan dan pengalaman bersama.
Kelompok-Kelompok Sosial yang Tidak Teratur.
Kelompok sosial yang tidak teratur dapat digolongkan ke dalam 2 golongan besar yaitu kerumunan dan publik.
Kerumunan adalah suatu kelompok manusia yang bersifat sementara, tidak terorganisir dan tidak mempunyai seorang pimpinan serta tidak mempunyai sistem pembagian kerja. Kerumunan memiliki ciri-ciri, diantaranya : Interaksinya bersifat spontan dan orang-orang yang berkumpul mempunyai kedudukan yang sama.
Ada beberapa macam kerumunan, diantaranya : Kerumunan formal, kerumunan ekspresif, kerumunan sementara, kerumunan orang panik (panic crowds), kerumunan penonton (spectator crowds), dan kerumunan yang berlawanan dengan hukum (lawless crowds) ynag tetrdiri dari :
a) Acting mobs, kumpulan orang yang bertindak emosional dalam demonstrasi atau unjuk rasa.
b) Immoral mobs, kumpulan orang yang mabuk-mabukan.
Publik adalah merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi yang terjadi berlangsung melalui alat-alat komunikasi pendukung, seperti pembicaraan berantai secara individual, media massa maupun kelompok. Setiap aksi publik dilandasi oleh keinginan individu.
Setiap aksi publik dipengaruhi oleh keinginan individu, jadi tingkah laku pribadi dari publik pun didasari oleh tingkah laku individu atau prilaku individu.
Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community).
- Masayarakat Pedesaan (Rural community)
Dalam masyarakat pedesaan hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat terjalin dengan erat, mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok. Pekerjaan inti masyarakat pedesaan terkonsentrasi pada satu sektor yaitu pertanian.
Ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut Soekanto (1982:149), dalam masyarakat pedesaan biasanya hubungan yang terjalin erat diantara masyarakatnya dan biasanya kehidupannya masih sederhana dan memilii pekerjaan yang sama.
b. Masyarakat Perkotaan (Urban community)
Masyarakat perkotaan pekerjaannya beraneka macam dan tidak terkonsentrasi kepada satu aspek pekerjaan. Pada masyarakat perkotaan sifat-sifat dan ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan, antara lain perbedaan dalam menilai keperluan hidup.
Soerjono Soekanto (1982:149) mengemukakan beberapa ciri lain yang membedakan antara masyarakat Pedesaan dan Perkotaan, yang dapat dilihat berdasarkan, kehidupan keagamaan, kemandirian, pembagian kerja, peluang memperoleh pekerjaan, jalan pikiran, jalan pikiran, dan kehidupan social.
3. Masyarakat
Menurut Selo Soemardjan masyarakat adalah “Sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan”. Talcott Parson berpendapat, masyarakat adalah “suatu sistem sosial, dimana semua funsi prasyarat yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara tetap”. Sistem sosial yang dimaksud adalah terdiri dari pluralitas prilaku-prilaku perseorangan yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan fisik. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990 : 146), masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama”. Masyarakat memiliki ciri-ciri pokok diantaranya :
- Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas 2 orang.
- Bercampur atau bergaul bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia-manusia baru sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.
- Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
- Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
- Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Dinamika masyarakat adalah “Proses sosial dan perubahan sosial”. Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai comunnity apabila memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
- Adanya beberapa rumah atau rumah tangga yang terkonsentrasi disuatu wilayah geografis tertentu.
- Warganya mempunyai taraf interaksi sosial yang terintegrasikan.
- Adanya rasa kebersamaan, yang tidak perlu didasarkan pada adanya hubungan kekerabatan.
Masyarakat secara garis besar menyangkut 3 aspek, yaitu struktur sosial, proses sosial, dan perubahan sosial. Masyarakat terbentuk karena adanya individu-individu, demikian pula dengan individu dapat mengaktualisasikan & bersosialisasi sebagai mahluk sosial. Ada triga pandangan mengenai masyarakat & individu :
- Masyarakat menentukan individu.
- Individu yang menentukan masyarakat.
- Individu & masyarakat saling menentukan.
Hubungan individu & masyarakat dilihat dari konsep organisme menurut Herbert Spencer (1985 : 70) :
- Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.
- Pertambahan dalam ukuran ini akan merubah struktur tubuh (social body) maupun tubuh organisme hidup (living body) yang mengalami pertumbuhan juga.
- Tiap bagian yang tumbuh dalam tubuh organisme biologis maupun organisme sosial memiliki fungsi & tujuan tertentu.
- Baik dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada bagian lain & pada akhirnya di dalam sistem secara keseluruhan.
- Bagian-bagian tersebut walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur mikro yang dapat dipelajari secara terpisah.
Menurut paham individualistis, hubungan individu & masyarakat menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu, kepentingan & kebutuhan individu lebih penting dari pada kebutuhan & kepentingan masyarakat. Individu yang menentukan corak masyarakat yang diinginkan. Paham individualistis juga disebut atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti hubungan atom-atom yang membentuk molekul.
J.J. Rousseau (1712-1778), dalam bukunya yang berjudul “Kontrak Sosial” menjelaskan paham liberalisme & individualisme dalam suatu kalimat yang terkenal :
“Manusia itu dilahirkan merdeka, tetapi dimana-mana dibelenggu”.
Paham yang memandang hubungan antara individu & masyarakat dari segi interaksi disebut juga dengan “totalisme”. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham individualisme mengedepankan kepentingan individu. Totalisme mengabaikan peanan individu dalam masyarakat, sebaliknya paham individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Hubungan individu dalam masyarakat, yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan & usaha manusia sendiri. Manusia berkeluarga, lalu berkelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar